Entri Populer

Jumat, 16 Juli 2010

BOMBARDIR TARAKAN!


Berbicara mengenai perang pasifik dan ketangan Jepang di Indonesia, nampaknya tak lengkap bila kita tidak membicarakan kisah kota Tarakan. ya kota yang terletak di wilayah Kesultanan Bulungan ini memang terdapat banyak sekali peninggalan-peninggalan penting situs perang fasifik, ini tidak lain karena di tarakan terdapat kandungan minyak yang dahulu sempat mendapatkan peringkat “World Purest Oil “.

Mungkin tidak banyak dari kita yang tahu, kota jasa dan perdagangan di utara Kalimantan timur ini pernah beberapa kali hancur dan kemudian dibangun kembali.

Kehancuran pertama kota Tarakan, dimulai pada saat serangan mendadak 20.000 tentara Jepang terdiri dari kekuatan gabungan dari Nihon Rikugun (AL) dan Teikoku Kaigun (AD) bergerak dari pulau Davou, Filipina dengan kekuatan dua kapal penjelajah berat (heavi Criuser), delapan kapal perusak (destroyer) di tambah iringan kapal pengangkut pasukan mendekati Tarakan, ditambah dengan satuan tempur angkatan udara dengan pesawatnya yang legendaris bernama Zero.


Pasukan besar ini siap “melumat” kota Tarakan dibawah perintah Admiral Takeo Kurita yang memerintahkan satuan Khusus Angkatan Laut Jepang mengambil alih Pulau Tarakan, sesuai rencana gurita tengah (Central Octopus). Unit tempur ini bergerak dari dua arah di utara melalui Kepulauan Filipina dan satuan dari Kepulauan Palau di utara Papua di bawah komando Mayor Jenderal Shizuo Sakaguchi.

Tak sudi tarakan jatuh begitu saja ketangan Jepang, Letkol. S. de Wall, komandan tertinggi pertahanan kota Tarakan langsung mengambil keputusan untuk melakukan menghancurkan semua fasilitas perminyakan beserta seluruh ladang-ladang minyak di pulau Tarakan, seluruh ladang minyak, tangki penyimpanan raksasa, jaringan pipa di Juata, Gunung Tjangkoel, berikut pompa dan dan gudang penyimpanan material di bakar Belanda. Suasana saat itu benar mengerikan, seolah-olah seluruh pulau Tarakan terbakar, dari laut pasukan pendarat Jepang melihat seluruh daratan Tarakan seperti neraka. Inilah kehancuran pertama kota Tarakan, semenjak tanggal 11 Januari 1942 kota ini berganti penguasa.

Namun Jepang rupanya tak lama menikmati hasil bumi di Tarakan, pada tahun 1944 Angkatan udara sekutu mulai melakukan pengeboman terhadap pangkalan-pangkalan Angkatan perang Jepang termasuk di Tarakan. Salah satu operasi pengeboman di Tarakan terjadi pada Tanggal 18 November 1944. Gelombang serbuan pesawat P-38 Light dan Bomber B-25 Mitchell berhasil membumihanguskan instalasi minyak Tarakan. Satuan pengebom ini terbang di kawal pesawat tempur P-47 Thunderbolt. Serangan pasukan sekutu itu hanya di balas dengan tembakan anti serangan udara. Dalam serbuan itu pihak Amerika kehilangan sedikitnya satu pesawat tempur yang di tembak jatuh oleh Jepang. Di daratan Tarakan, pengeboman sekutu membakar instalasi minyak selama 24 jam selama empat hari. Serangan besar-besaran yang melibatkan ratusan Bomber kelas berat yang dikawal pasukan tempur, di sebut dengan istilah "carpet bombing" atau pengeboman bumi hangus rata dengan tanah. Strategi ini merupakan gagasan dari PM Inggris Winston Churchill, "Round the clock bombing" atau pengeboman sepanjang hari yang ternyata berhasil melumpuhkan kekuatan industri militer Jerman dan Italia di perang Eropa.


Menurut penuturan sumber lokal Sakim bin Marzuki, mantan pasukan KNIL (Koninkluk Nederlandsch Indisch Leger), ia mengatakan pasukan sekutu mengerahkan pesawat tempur berjumlah kurang lebih 360 buah, tiap pesawat memiliki baling-balik empat buah, dan setiap kali menyerang pesawat-pesawat tersebut menjatuhkan masing-masing 10 buah bom. Sayangnya kita tidak tahu pasti jenis Bomber apa yang dimaksud oleh sumber lokal tersebut, sebab empat buah baling-baling bukanlah ciri dari B-25 Mitchell, bisa jadi Bomber yang dimaksud adalah B-17G Flaying Fotres atau B-24 Liberator, karena memang kedua Bomber inilah yang memiliki baling-baling empat buah, terlepas dari hal itu strategi carpet bombing sendiri yang diterapkan di Tarakan disebut-sebut terjadi tidak kurang selama enam bulan.

Tapi kalau boleh jujur, serangan besar-besaran di Tarakan pada waktu itu lebih banyak mengenai fasilitas sipil dari pada militer ini, di sebabkan kemampuan Jepang yang berhasil menyembunyikan senjata mereka yang hanya akan digunakan pada pada saat terakhir. Gua, terowongan, bunker, dan jaringan perkubuan dibangun dengan sangat rapi. Kombinasi material pabrik seperti seng dan baja yang dipadu dengan batang kelapa, batu karang dari perairan sekitar dan dedaunan berhasil menghasilkan samaran yang sempurna yang tahan terhadap gempuran bom maupun arteleri laut sekutu. Senjata-senjata berat yang selamat dari gempuran sekutu inilah yang di gunakan Jepang untuk menghambat gerak pasukan sekutu, walaupun begitu tidak ada yang menyangkal bahwa pengeboman itu telah membuat Jepang mundur ke pedalaman. Keadaan ini membuat pendaratan pasukan Australia berjalan lancar tanpa adanya korban jiwa, namun petempuran sesungguhnya terjadi saat pasukan Australia bertempur habis-habisan di dalam kota dan pedalaman tarakan, itu tak lain karena jepang memang jempolan menerapkan strategi bertahan, mereka mambuat kubu-kubu pertahanan yang kuat di dalam tanah dan perbukitan, sehingga sekutu terpaksa menggunakan Tank yang dilengkapai alat penyembur api. kemampuan tentara Jepang bertahan memang mengagumkan setidaknya sebelum mereka benar-benar hancur oleh serbuan tentara raksasa itu.

menurut catatan korban keseluruhannya di pihak Jepang atas operasi pengeboman di seluruh kalimantan, terutama di wilayah Tarakan, Pulau Labuan, Balikpapan dan teluk Brunei sangat besar, jumlahnya sekitar 5.700 orang prajurit, atau sekitar 10 kali lipat jumlah korban dari pihak pasukan Australia, jika di “zoom in” khusus di Tarakan menurut informasi tentara Australia yang tewas sebanyak 251 orang.


Disinilah kita bisa melihat pragmen pertempuran paling berdarah yang pernah terjadi dikawasan utara kalimantan ini dalam kurun waktu sejarah modern.

Sumber:
MDJ Mahazan, Akbarsyah. 2003. ”Kerajaan Tarakan Suatu Kenangan”, Tarakan: Pemerintah Kota Tarakan Jl. Kalimantan No. 1 Tarakan Kalimantan Timur.

Santoso, Iwan. 2004. Tarakan “Pearl Harbor” Indonesia (1942-1945). PT Gramedia Pustaka Jakarta

Tropenmuseum Wikipedia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar